Di Gaza, tangisan bayi tidak lagi terdengar nyaring. Tangisan itu perlahan melemah… bukan karena lapar mereka terpuaskan, tetapi karena tubuh mungil itu kehabisan tenaga untuk menangis. ðŸ˜ðŸ’”
Blokade ketat yang berlangsung berbulan-bulan telah menutup seluruh pintu masuk bantuan kemanusiaan. Makanan, air, bahkan kebutuhan paling dasar seperti susu formula medis untuk bayi kini benar-benar habis.
Seorang sumber medis di Kompleks Medis Nasser, Khan Younis, dengan getir berkata: “Tidak ada susu lagi…” Yang mereka tahu hanyalah lapar yang perih dan haus yang membakar tenggorokan.
Hari ini, 65.000 nyawa bayi Gaza berada di ambang kematian. Mereka tidak berperang dengan senjata,
tapi mereka bertarung melawan kelaparan yang mematikan. Setetes susu saja bisa menjadi garis tipis yang membedakan antara hidup dan mati.
Para ibu di Gaza menangis putus asa. Mereka ingin menyusui, tetapi tubuh mereka kering karena tak ada asupan gizi. Tangisan bayi mereka hanya dibalas dengan pelukan kosong dan air mata. “Ya Allah… sampai kapan anakku harus menahan lapar?” Pertanyaan itu menggantung di udara, tanpa jawaban.
Sahabat, ini bukan sekadar cerita pilu. Ini adalah krisis kemanusiaan paling menyakitkan yang terjadi di hadapan mata kita. Bayi-bayi mungil yang seharusnya tumbuh dengan tawa, kini hanya berbaring dengan napas terengah, berkejaran dengan ajal.
💔 Setiap menit adalah pertaruhan.
Setiap tetes susu yang tidak hadir bisa berarti satu nyawa melayang.
🤲 Mari bersama, hadirkan setetes susu untuk Gaza.
👉 Klik Donasi Sekarang. Selamatkan generasi Gaza sebelum terlambat.